Tuesday, October 2, 2012

Info Kilas ESDM, 2 Oktober 2012


Info Kilas ESDM, 2 Oktober 2012

TAMBANG
Kegiatan Operasi Tambang Martabe Dihentikan
Perusahaan asal Hong Kong, G-Resources akhirnya menghentikan sementara kegiatan operasi kegiatan pertambangan emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Dikarenakan belum terpasangnya pipa untuk mengalirkan air limbah sisa pengolahan bijih emas, diduga limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran.
Menurut Presiden Direktur G-Resources, Peter Albert, perusahaan tidak memiliki pilihan lain selain menghentikan kegiatan operasi tambang dan aktivitas pendukung terkait.
“Ini tentunya sangat berdampak pada persepsi investor asing terhadap Indonesia,” ujarnya.
Peter mengungkapkan, jika operasi terhenti makan akan hilang peluang pertumbuhan sosial dan ekonomi yang bisa dipetik masyarakat di Tapanuli Selatan dan Indonesia dari kehadiran investasi tambang terbesar di Sumatera Utara tersebut.    (Kontan-14)

Anak Usaha Antam Tunda Akuisisi IUP Tambang Batubara
Pada tahun ini anak usaha dari PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yaitu PT Indonesia Coal Resources, akhirnya menunda rencananya untuk mengakuisisi tambang batubara yang berada di Kalimantan.
Menurut Direktur Utama PT Indonesia Coal Resources, Bachtiar Maggalatung, menurut rencana, Antam akan mengakuisisi minimal satu pertambangan batubara di Kalimantan.
“Tapi rencana itu tak bisa dilakukan karena kondisi harga batubara sekarang,” tuturnya.   (Kontan-14)

Dirjen Minerba: Newmont Harus Tunda PHK  
PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) akhirnya berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya, hal itu ditegaskan oleh pihak NNT karena akibat harga komoitas tambang yang tidak bersahabat.
Menurut Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Thamrin Sihite, pihaknya meminta kepada Newmont untuk mempertimbangkan langkah tersebut.
“Turunnya harga loham tidak tepat untuk dijadikan alasan melakukan PHK. Kami meminta manajemen untuk mempertimbangkan kembali langkah itu,” ujarnya.
Thamrin mengungkapkan, Dirjen Minerba belum menerima laporan dari newmont terkait rencana PHK ini. lantaran berhubungan dengan masalah produksi dan investasi, seharusnya persoalan ini dilaporkan ke Kementerian ESDM.  (ID-9)

Martiono: Tidak Ada Agenda Menekan Pemerintah  
Akibat fluktuasi harga komoditas yang tidak sebanding dengan kenaikan biaya produksinya, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) akhirnya telah mengeluarkan keputusan yang cukup drastis dan mengagetkan semua pihak, yakni berencana akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawannya.
Menurut Presiden Direktur NNT, Martiono Hadianto, pihaknya melakukan langkah itu dikarenakan ada perintah dari kantor pusat [Newmont Mining Corporation di Corporation]. Namun, kami melakukan langkah itu tidak akan semena-mena.
“Langkah itu tetap sesuai dengan koridor hukum seperti aturan ketenagakerjaan, bahkan kami juga bisa melakukan dekresi berupa pemberian insentif terhdap karyawan,” ujarnya.
Terkait dengan adanya renegosiasi kontrak, Martiono mengungkapkan, saya tidak tahu apa itu ada kaitannya atau tidak. Namun yang jelas, kebijakan itu hanya bagian dari kami untuk survive saja. Tidak ada dalam benak kami menekan pemerintah. Ini lebih karena faktor kondisi yang tidak bagus di Newmont.     (ID-9)


MIGAS
Pertamina EP Kehilangan Minyak Mentah 230.000 Barel
Sepanjang bulan Januari hingga September tahun 2012 ini, Pertamina EP mengklaim bahwa minyak mentahnya telah hilang sebanyak 230.000 barel. Diduga pencurian minyak mentah tersebut terjadi di jaringan pipa yang membentang dari Tempino di Jambi hingga Kilang Plaju di Palembang, Sumatera Selatan.
Menurut Manajer Hubungan Masyarakat Pertamina EP, Agus Aperianto, aktivitas pencurian minyak mentah tersebut kerap terjadi di beberapa titik pada jaringan pipa milik PT Pertamina Gas tersebut.
“Trennya pencurian minyak memang sudah menurun. Pada September rata-rata minyak mentah yang hilang 7% dari 11.000 barel per hari,” katanya.
Agus mengungkapkan, dengan terjadinya pencurian minyak mentah tersebut, pertamina EP mengalami kerugian mencapai jutaan dollar Amerika. Jika dilihat dengan harga minyak mentah Indonesia yang senilai US$ 114,82 per barel, maka total kerugiannya mencapai US$ 25,4 juta.   (Kontan-14)

Evita: Formula Harga Gas Tangguh Harus Berpatokan dengan ICP
Pemerintah inginkan agar formula harga gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari Kilang Tangguh harus berpatokan dengan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).
Menurut Dirjen Migas Kementerian ESDM, Evita H. Legowo, pihaknya akan terus membahas formula harga gas tangguh.
“Kami usahakan formula harga menggunakan ICP karena kita kan di Indonesia. Tetapi kami belum tuntas membahasnya,” ujarnya.
Evita menjelaskan, pemerintah ingin menyesuaikan harga jualn LNG Tangguh dengan daya beli offtaker (pembeli) domestik. Namun, harga yang disetujui tetap mempertimbangkan nilai keekonomian agar tidak merugikan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).    (ID-9)

Anggota DPR: Pemerintah Harus Batalkan Tender BBM PSO tahun 2013
Rencananya pemerintah melalui Badan Pengatur Hili Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) akan menggelar tender bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun 2013. Ternyata hal itu banyak menuai kritik dari berbagai kalangan anggota DPR dan pengamat migas.
Menurut Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Golkar, Dito Ganinduto, pemerintah harus membatalkan proses tender bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun 2013.
“Kami akan panggil Menteri ESDM untuk membatalkan proses tendernya,”  ujarnya.
Selama ini dalam pendistribusian BBM bersubsidi memakai dana dari negara, Dito mengungkapkan, tidak sepantasnya diserahkan ke swasta, apalagi asing. Itu sama saja dengan menggadaikan kedaulatan ekonomi kita.   (ID-9/BI-7)

Dirjen Migas: Kilang TPPI Harusnya Dimiliki Pertamina  
Dengan gagalnya PT Trans Pacific Petrochemical Indotaman (TPPI) membayar utangnya ke PT Pertamina, seharusnya aset milik TPPI yang berupa kilang menjadi milik Pertamina.
Menurut Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Evita H Legowo, kilang TPPI tidak bisa serta merta dialihkan ke Pertamina. Pemerintah sedang mengkaji cara terbaik untuk mengelola kilang.
“Memang ke arah sana (jadi milik Pertamina). Tapi apakah itu yang terbaik masih kita proses. Pertamina sendiri juga mencari yang terbaik, kami juga. Jadi tidka bisa tiba-tiba jadi milik Pertamina,”  tuturnya.
Menanggapi masalah itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir mengungkapkan, saat ini pihaknya masih fokus pada pengembangan hak-hak yang ada dalam perjanjian restrukturisasi utang (master restructuring agreement/MRA). Aset-aset tersebut adalah tanah dan jaminan yudisial.   (ID-9/BI-7)

Aparat Keamanan Ternyata Terlibat Kasus Pencurian BBM   
Kasus pencurian BBM sering terjadi di wilayah Sumatera Selatan, disinyalir bahwa ada oknum aparat yang terlibat dalam kasus pencurian BBM tersebut.
Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, pihaknya membenarkan adanya keterlibatan oknum aparat keamanan dalam pencurian bahan bakar minyak bersubsidi di Sumatera Selatan. Dengan adanya keterlibatan aparat ini diakui sangat menyulitkan penanganan pencurian bahan bakar.
“Di rapat, koordinasinya sangat mudah. Tapi di lapangan sulit penanganannya karena terbentur masalah sosial. Ada aparat keamanan yang terlibat,” tuturnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Djoko menjelaskan, pihaknya telah mengirim tim ke lapangan. Akan tetapi, penanganan masalah ini, sulit dilakukan dikarenakan tim menemui beberapa kendala.      (KT-A5)

Medco Tinggalkan Proyek Listrik, Fokus ke Migas 
Mulai tahun ini PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tidak lagi memasukkan tenaga listrik sebagai pendapatan perusahaan, dikarenakan perseroan mengalami penurunan pendapatan sebesar US$ 554,3 juta atau turun 5,47% bila dibandingkan tahun lalu sekitar US$ 586,4 juta.
Menurut Direktur Utama Medco Energi, Lukman Mahfoedz, perseroan mengalami penurunan pendapatan, maka untuk itu pihaknya mulai tahun ini tidak lagi memasukkan penjualan tenaga listrik sebagai pendapatan perusahaan.
“Pendapatan usaha dari penjualan tenaga listrik sudah tidak dikonsolidasikan sejak tahun 2012,” katanya.
Lukman mengungkapkan, keluarnya penjualan tenaga listrik dari pendapatan konsolidasi perusahaan ini merupakan bagian dari strategi bisnis Medco. Nantinya perusahaan akan berfokus pada kegiatan eksplorasi dan produksi migas.  (Kontan-14)

Harga Gas Alam Menguat  
Dengan adanya permintaan gas yang terus meningkat, hal itu memberikan efek terhadap harga gas alam yang ikut merangkak naik.
Di Bursa Nymex, harga gas alam terus menguat selama lima hari terakhir ini. Pada kontrak gas alam untuk pengiriman November 2012, Senin (1/100, senilai US$ 3,385 per million metric British thermal unit (mmbtu), menanjak 1,95% dibanding sehari sebelumnya.
Sejak tanggal 2 April 2012, harga itu merupakan yang tertinggi. Jika dihitung selama sepekan, harga gas alam telah menguat 11,60%.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi Amerika Serikat (AS), persediaan gas alam meningkat sebesar 80 miliar kaki kubik menjadi 3,576 triliun. Itu merupakan hitungan persediaan gas alam dalam sepekan yang berakhir pada 21 September 2012. (Kontan-7)

Empat Perusahaan Berebut Pendistribusian 2,4% BBM PSO
Saat ini Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) sedang melakukan tender pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sudah ada empat perusahaan yang mengirimkan proposal kepada BPH Migas seperti, PT Pertamina (Persero), PT Shell Indonesia, PT AKR Corporindo, dan PT Surya Parna Niaga (SPN).
Menurut Direktur BBM BPH Migas, Djoko Siswanto, pihaknya saat ini sedang mengevaluasi empat perusahaan yang telah mengirimkan proposal dalam tender BBM PSO. Untuk para calon distributor diwajibkan memiliki minimal dua wilayah pendistribusian, tetapi tidak mensyaratkan peserta tender untuk memiliki kilang minyak sendiri.
“Kami tidak wajibkan. Yang penting mereka punya kontrak suplai dan tempat penyimpanan minyaknya,” tuturnya.
Djoko menjelaskan, besarnya persentase BBM bersubsidi yang ditenderkan karena keuntungan bagi distributor hanya mencapai Rp 180 per liter. Keuntungan segitu jelas tidak menguntungkan jika distribusinya hanya sedikit dan hanya di satu wilayah. (Kontan-1)


ENERGI
Pemerintah Masih Mengkaji Interkoneksi Listrik Indonesia-Singapura
Hingga saat ini pembangunan jaringan yang menghubungkan sistem kelistrikan Indonesia-Singapura masih terus dikaji oleh pemerintah.
Menurut Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, harusnya ada studi terlebih dahulu tentang kelayakan sistem kelistrikan di masing-masing daerah yang akan dihubungkan.
“Harus dikaji dulu terkait kemampuan daya karena sistem interkoneksi ini tidak boleh saling mengganggu,” tuturnya.
Nantinya interkoneksi listrik Indonesia-Singapura akan menjadi bagian dari jaringan interkoneksi listrik se-Asean, tambah Jarman.  (ID-9)