Sunday, October 14, 2012

Info Kilas ESDM, 15 Oktober 2012


TAMBANG

BPK: Kementerian ESDM harus Cabut 13 Perusahaan Tambang di Kalimantan

Disinyalir ada 13 perusahaan tambang di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur yang mengabaikan kewajiban jaminan reklamasi, untuk itu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan rekomendasi kepada Kementerian ESDM untuk mencabut izin ke-13 perusahaan tambang tersebut.

Menurut Anggota BPK, Ali Masykur, pihaknya menilai ke-13 perusahaan tambang telah mengabaikan kewajiban reklamasi dalam kontrak usahanya.

“Perusahaan itu tidak menyertakan kewajiban jaminan reklamasi dalam kontrak usaha. Kami memberikan rekomendasi kepada Kementerian ESDM supaya izin mereka tidak diperpanjang,” tuturnya.

Ali mengungkapkan, 13 izin tambang itu terdiri atas 12 izin usaha pertambangan (IUP) dan satu perjanjuan karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) di daerah Kalimantan Tengah dan Timur. Akan tetapi pihaknya enggan menyebut nama perusahaan itu.        (Kompas-22)

 

Dirjen Minerba: Newmont Tak Laporkan PHK, Bisa Kena Sanksi

Seharusnya rencana PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) untuk pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 100 orang karyawannya harus dilaporkan ke Kementerian ESDM dahulu, jika tidak maka NNT akan mendapatkan sanksi dari pemerintah.

Menurut Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Thamrin Sihite, sampai saat ini, pemerintah belum menerima pengajuan usulan PHK dari Newmont.

“Kalau memang ada PHK, harus dilapor kepada kami, tapi sampai sekarang ini belum ada laporannya,” ujarnya.

Sebelumnya kabar yang beredar, Newmont akan mengurangi 100 karyawannya, dikarenakan produksi emas dan tembaga dari lahan tambangnya yang berada di tambang Batu Hijau telah mengalami penurunan.

Thamrin mengungkapkan, alasan penurunan produksi cukup masuk akal sebagai landasan bagi perusahaan untuk mengurangi jumlah karyawan. Apalagi, PHK juga merupakan hak dari perusahaan. Akan tetapi Newmont harus melalui izin dari Kementerian ESDM terlebih dahulu.     (Kontan-14)

 

Exploitasi Energi Siap Ambilalih Lahan Arutmin

Pada tahun 2019 nanti, PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) siap mengambilalih lahan PT Arutmin Indonesia yang belum dieksplorasi.

Menurut Direktur Operasional CNKO, Henri Setiadi, jika nanti PKP2B lahan Arutmin habis pada tahun 2019, maka lahan yang belum digarap atau dieksplorasi oleh Arutmin akan dilelang oleh pemerintah.

“Kita akan ikut tendernya nanti, sebab lahan tambang mereka itu masih satu jalur dengan infrastruktur yang telah dimiliki CNKO,” ujarnya.

Henri mengungkapkan, jika nanti pihaknya berhasil memenangkan tender lahan Arutmin, makan akses menuju terminal batu bara dari lokasi tambang akan sangat rendah. Dan rencananya CNKO akan membangun infrastruktur jalan sepanjang 60 kilometer (km) dari terminal batu bara di Desa Asam-asam, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut menyusuri tiga kabupaten yang kaya akan tambang batu bara, yakni Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Kotabaru.     (Kontan-14)

 

AKR Corporindo Beri Fasilitas Pinjaman Rp 150 Miliar ke anak usaha 

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) akan memrikan fasilitas pinjaman senilai Rp 150 miliar ke anak usahanya yaitu PT Anugrah karya Raya atau AKR Coal. Rencananya pinjaman tersebut akan dipergunakan untuk membangun infrastuktur penunjang produksi batu bara.

Menurut Direktur AKRA, Suresh Vembu, pinjaman tersebut untuk menyokong beberapa ekspansi AKR Coal, yakni pembangunan hauling atau jalan khusus untuk pengangkutan batu bara dan terminal batu bara di sekitar sungai Barito, Kalimantan Tengah (Kalteng). Nilai investasi proyek itu ditaksir Rp 250 miliar.

“Dengan pembangunan itu, diharapkan bisnis batu bara bisa meningkat,” katanya.    (Kontan-4)

 

 

MIGAS

Wamen ESDM: Investasi Pengembangan Blok East Natuna Capai US$ 20 Miliar

Saat ini pemerintah sedang mengkaji hasil rekomendasi dari tim konsultan independen yang ditugaskan untuk memproyeksikan pengembangan proyek eksplorasi dan eksploitasi gas bumi yang ada di Blok East Natuna.

Menurut Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, berdasarkan hasil kajian konsultan independen, biaya investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan Blok East Natuna mencapai US$ 20 miliar.

“Investasi totalnya menjadi sangat mahal, karena adanya kandungan 70% gas beracun,” katanya.

Rudi menjelaskan, berdasarkan hasil studi awal, Blok East Natuna memiliki cadangan gas bumi potensial sebesar 57 triliun cubic feet (tcf). Dari jumlah tersebut, gas yang siap disertifikasi sebesar 29 tcf. Namun, seperti pernah disampaikan sebelumnya, kandungan gas CO2 di tambang gas yang berada di lahan lepas pantai tersebut mencapai sekitar 70%.     (Kontan-14)

 

Pemerintah akan Bangun Mega Proyek Migas di Karimun

Rencananya pemerintah akan membangun mega proyek penunjang minyak dan gas bumi di Karimun, Kepuluan Riau, dengan total investasi sebesar Rp 266,76 triliun.

Menurut Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, pemerintah akan membangun mega proyek penunjang migas akan dibangun di Karimun, Kepulauan Riau.

“Pendanaannya sebagian besar dari PMA (asing),” ujarnya.

Rudi menegaskan, mega proyek tersebut akan mendukung kemampuan produksi migas nasional dan juga akan melibatkan potensi daerah.   (Kontan-14)

 

Kembangkan Blok East Natuna, Pertamina Gandeng PTTEP Thailand  

Komposisi kepemilikan hak partisipasi (participating interest) Blok East Natuna yaitu Pertamina sebesar 35%, ExxonMobil 35%, Total SA 15%, dan Petronas 25%. Belakangan petronas mundur dari proyek tersebut, sehingga hak pertisipasinya akan dikembalikan ke pemerintah.

Menurut Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, dengan dikembalikannya hak partisipasi Petronas itu, maka otomastis 15% saham itu akan menjadi milik Pertamina.

“Pertamina sudah fixed gandeng perusahaan PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP) asal Thailand,” ujarnya.

 Rudi mengungkapkan, nantinya Pertamina bisa menjual 15% saham yanh ditinggalkan Petronas kepada PTTEP.     (Kontan-14)

 

Pengamat: Liberalisasi SPBU Jawa-Bali Harus Dicegah  

Rencana pemerintah mengenai liberalisasi bisnis hilir migas dengan membuka peluang bagi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik asing untuk mendistribusikan BBM bersubsidi di Jawa-Bali pada 2013 ini harus dicegah, karena migas adalah produk kebutuhan pokok dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Menurut Pengamat Kebijakan Energi dan Direktur Pusat Studi Kebijakan Pubkik (Puskepi), Sofyano Zakaria, seharusnya sektor hili migas di negeri ini tidak boleh dipercayakan kepada pihak asing.

“Ini harusnya disadari oleh elite pemerintahan maupun elite politik dan ini harusnya menjadi harga mati untuk tetap berada penuh dalam genggaman kedaulatan anak bangsa,” ujarnya.

Sofyano menegaskan, dengan memercayakan dan memberi kesempatan sekecil apa pun kepada pihak asing untuk mendistribusikan BBM bersubsidi dapat dimaknai sebagai sikap yang mengkhianati kemerdekaan bangsa ini.    (ID-9)

 

Organda Desak Pemerintah Alihkan Subsidi BBM ke Angkutan Umum  

Untuk mendukung program revitalisasi angkutan umum massal, Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) mendesak pemerintah untuk segera mengalihkan sebagian anggaran subsidi bahan bakar minyak dalam RAPBN 2013 sebesar Rp 193,8 triliun.

Menurut Ketua Umum DPP Organda, Eka Sari Lorena, perlu ada terobosan guna mengurangi lemacetan dan mengurangi pemborosan subsidi BBM.

“Dan [peralihan subsidi BBM] ini juga perlu guna membantu revitalisasi angkutan umum rakyat banyak,” ujarnya.

Eka menjelaskan, keputusan menambah kuota BBM bersubsidi, mengindikasikan pemerintah tidak berpihak kepada penyelenggara angkutan umum massal meskipun mengurangi pemborosan subsidi BBM.  (BI-i5)

 

Pertamina Fokus Incar Blok Migas Berproduksi  

Saat ini PT Pertamina (Persero) sedang fokus mengincar blok minyak dan gas bumi yang sudah berproduksi.

Menurut Direktur Hulu Pertamina, M Husen, perseroan akan mengutamakan akuisisi pada area-area yang telah berproduksi sehingga hasilnya dapat secara cepat dimanfaatkan untuk mendukung paya pemenuhan kebutuhan energi nasional.

“Kemudian resiko tidak terlalu besar,” tuturnya.

Husen mengungkapkan, Pertamina menargetkan aksi akuisisi sejumlah blok migas di dalam dan luar negeri sepanjang 2012 akan menyumbang tambahan produksi sebabnayak 32.000 barel per hari.  (BI-6)

 

Menperin: 40% Produksi Gas untuk Domestik  

Guna memenuhi kebutuhan gas untuk domestik, Kementerian Perindustrian mengusulkan produksi blok gas yang digarap kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) agar mengalokasikam minimal 40% produksi gasnya.

Menurut Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, kebutuhan gas domestik dipastikan meningkat beberapa tahun ke depan karena tuntutan dari kalangan industri dan trasnportasi melalui program konservasi BBM ke gas.

“Ya lumanyanlah kita masih dihargai 40%. Dulunya tidak sebesar itu. Jadi, sekarang mau diatur dalam aturan resmi bahwa 40% itu minimal untuk kepentingan dalam negeri,” katanya.   (BI-6)

 

Total E&P Investasi US$ 100 Juta di Blok Telen   

Total E&P Indonesie menginvestasikan dananya sebesar US$ 100 juta untuk mengeksplorasi Blok Telen, Kalimantan Timur.

Menurut Executive Vice President Operations dan EKD Manager Total E&P Indonesie (TEPI), Hardy Pramono, nilai tersbeut masih merupakan perkiraan awal karena pihaknya baru saja menandatangani kontrak tersebut beberapa hari yang lalu. Perkiraan nilai investasinya bisa diketahui dalam 2-3 bulan ke depan.

“Namun, perkiraannya bisa mencapai lebih dari US$ 100 juta karena lokasinya di laut dalam. Di situ butuh perlakukan yang berbeda karena tekanan air berbeda dan kita juga harus mengebor lebih dalam,” tuturnya.  

Hardy mengungkapkan, eksplorasi diperkirakan memerlukan waktu sekitar 2-3 tahun hingga diketahui potensi kandungan yang ada dalam blok tersebut.   (BI-8)

 

 

 

 

ENERGI

Dirjen Kelistrikan: Kenaikan TDL akan Ditetapkan Permen ESDM

Menurut Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, kenaikan tarif listrik akan ditetapkan  dalam Permen ESDM.

“Penetapan tarif ini masih menunggu UU APBN, dan dari situ dibuat peraturan menterinya,” ujarnya.

Jarman menegaskan, aturan kenaikan tarif listrik akan dikeluarkan sebelum pemberlakuannya per 1 januari 2013.     (ID-9)

 

Oktober, PLTU Asamasam Unit 3 Kembali ke Sistem Kelistrikan Kalimantan

Menurut rencana, pada bulan Oktober ini, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asamasam Unit 3 yang berada di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, ditargetkan sudah masuk kembali ke sistem kelistrikan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Menurut Staf Ahli Gubernur Kalsel, Hadi Susilo, PLTU Asamasam Unit 3 sebenarnya telah diresmikan pengoperrasiannya pada April lalu. Saat mencapai daya sekitar 50 megawatt mesin PLTU itu mengalami gangguan sehingga daya kembali hilang. Kapasitas daya unit 3 sendiri mencapai 65 megawatt.

Sementara itu, Hadi menambahkan, sebagian Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah mengalami kegelappan, yang diakibatkan padamnya listrik sekitar 12 jam sejak Sabtu (13/10) pukul 18.00. hal ini dipicu gangguan pada PLTU Asamasam Unit 1 dan 2.      (Kompas-21)

 

India Tertarik Investasi Pembangkit di Sumatera

Menurut Konsulat Jenderal India Perwakilan Medan, Basir Ahmed, pihaknya sangat tertarik untuk membangun pembangkit tenaga listrik di Sumatera karena potensi tenaga listrik di wilayah ini cukup besar untuk dikembangkan.

“Kami tertarik berinvestasi membangun pembangkit tenaga listrik untuk wilayah Sumatera, dan siap bersaing dengan investor lain,’ ujarnya.

Basir mengungkapkan, investor dari India dengan kemampuan teknologi yang dimiliki melihat potensi listrik di Sumatera sangat besar untuk dikembangkan. “Rencananya awal tahun 2013, pengusaha India akan dibawa melihat seluruh wilayah Sumatera guna melihat kepastiannya,” tuturnya.    (ID-9)