Sunday, October 21, 2012

Info Kilas ESDM, 17 Oktober 2012


TAMBANG
Newmont akan Siap Hadapi Kasasi Kasus Tailing
Hingga saat ini kasus pembuangan limbah yang dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) ke teluk Senunu, Nusa Tenggara Barat, belum menemukan titik temu. Menurut rencana dengan dikeluarkannya izin perpanjangan pembuangan tailing oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Wahani Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) akan mengajukan kasasi ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta Timur.
Menurut Head of Corporate Communications NNT, Rubi W Purnomo, pihaknya akan siap menghadapi kasasi, kalaupun itu diajukan oleh Walhi.
“Prinsipnya, kami harus siap jika harus menghadapi,” ujarnya.
Manajer Kampanye Tambang Walhi, Pius Ginting, mengatakan, kami akan menunggu pemberitahuan resmi dari PTUN. Dan saat ini kami baru mendapatkan tembusan hasil banding dari PTTUN ke PTUN.    (Kompas-13)

Killara Akuisisi Tambang Batu Bara Kalimantan
Direncanakan perusahaan tambang asal Australia, Killara Resources Limited melalui anak perusahannya yaitu PT Killara Resources, akan mengakuisisi dua lahan tambang batu bara milik perusahaan lokal di Nunukan, Kalimantan Timur. Nilai investasi akuisisi tersebut mencapai US$ 26 juta.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Killara Resources, Ridwan Zachrie, pihaknya akan mengakuisisi 80% saham di dua lahan tambang seluas 13.000 hektare (ha) tersebut.
“Kami belum bisa sebutkan partner lokal yang kami akuisisi itu. Setelah due dilligence dalam waktu enam bulan selesai, baru diumumkan,” tuturnya.
Ridwan mengungkapkan, Killara telah menyediakan dana akuisisi dua lahan tambang yang sebesar US$ 26 juta. Namun pembayaran tidak sekaligus dimuka. Tahapan pembayaran disepakatu setelah enam bulan dari hasil due dilligence.     (Kontan-14)


Agincourt Kurangi Jam Kerja   
Tambang emas Martabe yang dikelola oleh PT Agincourt Resources di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatra Utara, masih tetap beroperasi dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja maupun ‘merumahkan’ karyawannya.
Menurut Plt Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho, berdasarkan perkembangan terakhir yang diperolehnya, sekarang ini Agincourt Resources yang mengelola pertambangan emas Martabe tetap menjalankan usahnya.
“Mereka [perusahaan] hanya mengurangi volume jam kerja, tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya maupun ‘merumahkan’ karyawannya,” ujarnya.
Gatot mengungkapkan, Pemprov Sumut ingin memastikan kepada masyarakat di sekitar areal pertambangan emas Martabe maupun masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan bahwa setelah semua proses amdal clear, akan disampaikan kepada masyarakat setempat.    (BI-9)

Direktorat Jenderal Minerba Rekonsiliasi Izin Usaha Pertambangan  
Hingga kini sebanyak 5.806 izin usaha pertambangan telah dinyatakan masih bermasalah (non-clean and clear). Untuk itu, pemerintah melaksanakan rekonsiliasi ribuan izin usaha pertambangan tersebut untuk verifikasi izin usaha itu agar sesuai dengan aturan dan tidak terjadi tumpang tindih.
Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Harya Adityawarman, pihaknya saat ini tengah melaksanakan proses rekonsiliasi izin usaha pertambangan (IUP) di Sumatera tahap kedua.
“Setelah diverifikasi, pihak terkait termasuk pemda harus menandatangani berita acara,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM juga telah melaksanakan rekonsiliasi IUP untuk wilayah Kalimantan dan Sulawesi.   (Kompas-17)

Achmad Ardianto Terpilih Jadi Ketua Perhapi    
Achmad Ardianto terpilih menjadi Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) periode 2012-2015, menggantikan Irwandy Arif.
Achmad Ardianto saat ini bekerja sebagai Direktur SDM PT Antam (Persero). Saat itu, Irwandy Arif sudah menjabat sebagai Ketua Umum Perhapi selama dua periode.
Pemilihan Ketua Umum Perhapi diikuti oleh empat calon dengan jumlah peserta kongres 350 orang dan yang memilih sebanyak 337 orang. “Laporan Pertanggung jawaban Pengurus Perhapi periode 2009-2012 diterima. Terpilih Ketua Umum baru Achmad Ardianto yang saat ini Direktur SDM Antam dengan 142 suara,” ujar Irwandy.  (BI-7)


MIGAS
Organda Tawarkan Program Penghematan BBM  (Kompas-
Guna menekan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional, Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor (Organda) menawarkan keterlibatannya dalam program-program untuk mencapai penghematan BBM.
Menurut Ketua Umum Organda, Eka Sari Lorena, pihaknya akan menyusun rencana untuk ikut serta dalam penghematan BBM.
“Setidaknya, dalam setahun ke depan, anggota Organda akan menyusun program lalu mencoba merealisasikan penghematan tersebut,” ujarnya.
Eva menjelaskan, idealnya penghematan dicapai dengan revitalisasi besar-besaran kendaraan umum. Dengan revitalisasi angkutan umum, keberadaan mesin baru akan mendorong penghematan konsumsi BBM. Selain itu, mendorong perpindahan penumpang dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum sehingga meminimalkan penambahan kuota BBM.     (Kompas-18)

Terkait Pencemaran, Pertamina akan Ganti Rugi Kerusakan Lahan Pertanian
Akibat pencemaran air limbah hasil produksi, akhirnya PT Pertamina bersedia mengganti rugi atas kerusakan lahan pertanian warga di Desa Kedungjaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Kepala Operasional Pelayanan SP Pertamina, Joko Susilo, pihaknya akan mengganti semua kerusakan lahan pertanian milik warga.
“Kesepakatan membayar ganti rugi lahan pertanian akan dilaksanakan pada November 2012,”  tuturnya.   (ID-9)


September 2012, AKR Serap Capex Rp 450 Miliar
Hingga bulan September 2012, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) telah meresalisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebanyak Rp 450 miliar. Penyerapan belanja modal tersebut setara dengan 60% dari target tahun ini yang senilai Rp 700 miliar.
Menurut Direktur Keuangan AKR, Suresh Vembu, pendanaan capex perseroan bersumber dari kas internal.
“Sampai saat ini, kami telah merealisasikan capex senilai Rp 450 miliar dari anggaran Rp 700 miliar,” ujarnya.
Suresh menjelaskan, sebagian besar capex diserap untuk membiayai peningkatan kapasitas tanki bahan bakar minyak (BBM) dan kimia. Sedangkan sisanya untuk pembangunan infrastruktur pertambangan batu bara.      (ID-14)

Kuwait Incar Blok East Natuna   
Perusahaan minyak dan gas asal Kuwait, Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC), menyatakan minatnya bergabung dalam konsorsium pengelola Blok East natuna di Kepulauan Riau. KUFPEC ada kemungkinan menjadi salah satu penyandang dana pengembangan lapangan gas yang membutuhkan investasi Rp 200 triliun tersebut.
Hal tersebut terungkap dalam pertemuan dua eksekutif KUFPEC dengan Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia, Distrik Kaifan, Kuwait, Senin lalu. Pihak KUFPEC diwakili oleh Managing Director Nizar M. Al Adsani dan Deputy Chairman Ali D. Al-Shammari.
Menurut Rudi, dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, KUFPEC menyampaikan niat untuk bergabung dalam konsorsium pengembaangan Blok East Natuna. Saat ini konsorsium dipimpin PT Pertamina (Persero) dan Beranggotakan Shell Oil, PTT Thailand, Total, serta Exxon. “Tentu kami sambut baik dan KUFPEC akan dikawinkan dengan Pertamina dalam konsorsium itu,” katanya. (KT-B4)

Pemberian Subsidi Minyak akan Perparah Laju Perubahan Iklim
Saat ini sarana transportasi menyumbang sekitar 20% dari pelepasan emisi gas rumah kaca secara nasional. Dengan adanya pemebrian subsidi bahan bakar minyak, dinilai bisa memperparah laju perubahan iklim.
Menurut Koordinator Asia Timur 350.org, Rully Prayoga, pemerintah didesak lebih serius memanfaatkan energi terbarukan, seperti panas bumi, melalui pendanaan dan kebijakan.
“Harga bahan bakar fosil yang relatif murah menyebabkan pola konsumsi energi tidak efisien dan meningkatkan kadar emisi karbon dengan cepat. Solusi energi tanpa subsidi memeprcepat pembangunan energi bersih terbarukan dan berkelanjutan,” ujarnya.
Rully mengungkapkan, subsidi bahan bakar fosil, seperti minyak dan batubara, merupakan salah satu katalis utama pengemisi dunia. Pemberian subsidi ini kian menyia-nyiakan masa depan bumi.   (Kompas-13)

Nusantara Regas Siap Beli LNG Tangguh  
Akhirnya PT Nusantara Regas menyambut baik hasil keputusan renegosiasi pasokan liquefied natural gas (LNG) Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Untuk itu Nusantara Regas memiliki kesempatan untuk menyerap pasokan LNG Tangguh sebanyak 1,5 juta ton per tahun, atau sekitar 200 million metric standard cubic feet per day (mmscfd).
Menurut Direktur Utama Nusantara Regas, Hendra Jaya, keberhasilan pemerintah dan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dalam merenegosiasi jual beli LNG Tangguh patur diapresiasi lantaran pihaknya hingga saat ini masih kekurangan pasokan gas.
“Kami tentu siap menampung,” tuturnya.
Hendra mengungkapkan, dengan melihat skema harga gas yang dijual ke Sempra, pihaknya bersedia membeli pasokan LNG Tangguh dengan harga yang lebih tinggi. “Kami siap membeli US$ 10 hingga US$ 11 per mmbtu,” cetusnya.
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Fromalitas BP Migas, Hadi Prasetyo menambahkan, saat ini pihaknya masih mengkaji keinginan Nusantara Regas, terutama soal kesiapan infrstrukturnya.   (Kontan-14)

Komposisi Saham Blok East Natuna Diubah   
Komposisi saham partisipasi atau participating interest (PI) Blok East Natuna, di Kepulauan Riau, tampaknya bakal segera berubah. Hal ini lantaran Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC) menyatakan minatnya untuk ikut menjadi kontraktor di blok kaya gas tersebut.
Menurut Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, perusahaan asal Kuwait tersebut berencana memiliki saham dengan kepemilikan sebesar 20% di dalam konsorsium East Natuna.
“Jadi, bila mereka pegang saham 20%, tentu investasinya bisa mencapai Rp 40 triliun,” ujarnya.   (Kontan-14)
ENERGI
PGE Tuntut Insentif Pajak Aset Sarulla
Terkait pengalihan aset PLTP Sarulla ke Konsorsium Sarulla Operation Limited (SOL), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) meminta agar aset tersebut bebas pajak.
Menurut Presiden Direktur PGE, Slamet Riyadhi, pengaligan aset belum bisa dilakukan karena saat ini PGE masih menunggu keputusan pemerintah atas insentif yang mintanya.
“Masih ada satu poin lagi yang kami tunggu dari pemerintah,” ujarnya.
Slamet mengungkapkan, satu poin itu menyangkut pengalihan aset hulu PLTP sarulla dari perseroan kepada SOL yang telah disepakati sebelumnya. Di karenakan Pertamina telah merampungkan kontrak kerja sama (joint operating contract/JOC) di antara keduanya.      (ID-9/BI-7)

Warga Lampung Desak PLN Realisasikan Jaringan Listrik
Sekitar ratusan warga dari Kabupaten Lampung Timur, Kota Metro dan Lampung Tengah, Senin (15/10), berunjuk rasa menuntut PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk segera membangun jaringan listrik ke desa mereka.
Menurut Humas PLN Wilayah Lampung, Hari Nugroho, tersendatnya realisasi pembangunan jaringan listrik desa itu terkendala dana dan melonjaknya jumlah pelanggan.
Salah satu pengunjuk rasa, Sunarto, mengatakan, setelah putus kontrak dengan Sinar Sewo Mego, PLN berjanji akan mengambil alih penyediaan listrik ke desa mereka. Akan tetapi, hingga dua tahun ini tidak pernah terealisasikan.      (Kompas-21)

Investasi Listrik Ditargetkan US$ 9,6 Miliar   
Indonesia hingga kini masih kekurangan pasokan listrik. Saat ini, kebutuhan listrik di Jawa-Bali mencapai 35.000 megawatt (MW), sedangkan pasokannya hanya 22.900 MW. Untuk memenuhi kekurangan tersebut, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menargetkan ada tambahan pasokan listrik 5.000 MW pada 2013 dengan kebutuhan investasi sebesar US$ 9,6 miliar atau Rp 92,6 triliun. PLN sudah menyediakan Rp 60 triliun, sisanya dipenuhi sejumlah perusahaan swasta yang sudah menandatangani kontrak dengan PLN.
Direktur Utama PLN, Nur Pamudji mengatakan, BUMN tersebut menganggarkan investasi sekitar Rp 60 triliun pada 2013. “Perseroan mengucurkan dana investasi dari internal sekitar Rp 10 triliun dan sisanya dari pinjaman. Besar pinjaman biasanya mencapai 80%,” katanya.   (ID-1)

Rekind akan Bangun 43 PLTP   
PT Rekayasa Industri (Rekind) menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pada masa mendatang. Target tersebut mempertegas komitmen Rekind menggarap proyek listrik panas bumi.
Rekind sudah terlibat dalam pengembangan dan pembangunan PLTP sejak 1993, dimulai dari hanya pengerjaan konstruksi hingga akhirnya menangani engineering, procurement dan construction (EPC) secara terintegrasi.
“Dalam kurun waktu tersebut Rekind sudah membangun 12 buah PLTP dan di masa depan menargetkan pembangunan 43 PLTP dalam program pembangkit listrik 10.000 MW tahap dua,” kata Direktur Operasional Rekind Dharma Balen.  (ID-9)

Investasi Energi Terbarukan Dipermudah 
Pemerintah melalui Kementerian ESDM berjanji mempermudah proses pengurusan investasi pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT). Selian memacu penyediaan listrik murah dan bersih, kemudahan tersebut juga untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.
“Perkembangan pembangkit energi baru dan terbarukan menjadi fokus pemerintah dan proses perizinannya akan dieprcepat agar perkembangannya juga dahsyat,” kata Menteri ESDM, Jero Wacik.   (ID-9)

Tarif PLTS akan Segera Terbit   
Guna menarik investasi swasta di pembangkit ini, rencananya pemerintah segera menerbitkan ketentuan tarif listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dengan nanti terbitnya tarif untuk PLTS ini, diharapkam kalangan swasta serius berminat menggarap proyek PLTS.
Menurut Kepala Divisi Energi Terbarukan PT PLN (Persero), Mochammad Sofyan, selama ini tarif PLTS belum ditentukan. Pasalnya, PLTS yang beroperasi seluruhnya dibangun oleh perseroan.
“Tidak ada yang dibangun oleh swasta, jadi tidak ada tarif yang dipakai untuk bertransaksi,” ujarnya.
Sofyan menjelaskan, dengan adanya tarif baru, swasta akan bisa masuk untuk ikut menembangkan PLTS. Untuk pembangunan satu unit pembangkit bertenaga surya dibutuhkan dana hingga Rp 6 miliar. Hingga saat ini tarif baru setrum PLTS sedang dalam tahap pembahasan finalisasi akhir.   (ID-9)

2013, Adhi Karya Kembangkan Proyek Pembangkit   
Emiten sektor konstruksi, PT Adhi Karya Tbk (ADHI), tengah panen proyek. Emiten pelat merah itu menggeber ekspansi di proyek pembangkit listrik dan properti juga monorel.
Kiswodarmawan, Direktur Utama Adhi Karya, menurutkan, mulai tahun depan, perseroan mengerjakan pembangunan powerplant milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) senilai Rp 2 triliun-2,5 triliun.
Kapasitas pembangkit listrik itu sekitar 2x25 megawatt. “Untuk pendanaan, kami akan terbitkan obligasi, dan sisanya dari pinjaman perbankan,” ujarnya.  (Kontan-4)

AIF Danai Proyek Transmisi Listrik Jawa-Bali 500 kV  
Proyek transmisi listrik Jawa-Bali 500kV menjadi proyek perdana yang akan didanai melalui pinjaman Asean Infrastructure Fund (AIF) yang akan dieksekusi pada 2013.
Plt. Kepala Badan kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan dari lima proyek yang masuk dalam pipeline proyek yang akan didanai AIF sepanjang 2012-2014, proyek transmisi listrik Jawa-Bali 500kV menjadi proyek perdana yang akan dijalankan.
“Ini yang pertama jalan, AIF dengan ADB. Yang lain masih dalam pembahasan,” ujarnya.   (BI-7)

PJB Services Bangun PLTS 100 MW  
Melalui anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yaitu PJB Services, telah sepakat menjalin kerja sama dengan First Solar dalam pembangunan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang berkapasitas 100 MW.
Menurut Manager Senior Pengembangan Bisnis dan Penjualan First Solar Asia Tenggara, Won Park, hal ini sebagai bagian dari upaya pemenuhan permintaan energi listrik di Indonesia yang terus meningkat.
“Indonesia sangat membutuhkan sumber daya energi yang hemat dan juga dapat diandalkan. Karena itu, kerja sama dengan PJB Services ini dapat menjadi solusi ideal bagi Indonesia,” ujarnya. 
Won Park mengungkapkan, nota kesepahaman ini menunjukkan kepercayaan First Solar terhadap potensi Indonesia sebagai pasar berkelanjutan yang memanfaatkan tenaga surya. Ini bentuk kerja sama pertama First Solar di Indonesia dan bagian dari strategi kami untuk masuk ke pasar energi berkelanjutan dunia yang terus berkembang,” tuturnya.   (Kompas-18)