TAMBANG
Regulasi Minerba Tak Akan
Berubah
Pemerintah Indonesia memastikan bahwa regulasi mengenai bahan mineral dan
batu bara tidak akan berubah, meskipun pemerintah Jepang dan dunia usahanya
masih berupaya agar peraturan tersebut dikaji ulang.
Menurut Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, Jepang memang memahami posisi
Indonesai yang melakukan pembatasan ekspor bahan mentah produk pertambangan,
tetapi mereka belum bisa sepenuhnya menerima hal tersebut.
“Mereka [Jepang] bilang secera teknis waktu 3 tahun tidak cukup untuk
menyiapkan smelter,” katanya.
Hidayat mengungkapkan, Jepang menginginkan pembicaraan lebih lanjut
mengenai hal-hal teknis, terkait dengan kebijakan pemerintah yang membatasi
ekspor bahan baku mineral. (BI-7)
Pemerintah Mendesak Freeport
untuk Segera Bayar Tunggakan Dividen Rp 350 Miliar
Pemerintah berharap agar PT Freeport segera membayar kekurangan pembayaran
dividen yang sebesar Rp 350 miliar.
Menurut Menteri BUMN, Dahlan Iskan, setoran ini sudah ditargetkan dalam
penerimaan negara. Pemerintah akan kesulitan apabila Freeport tak membayar
tunggakan tersebut.
“Secara bisnis, saya bisa mememahami karena melihat produktivitas Freeport
yang menurun,” tuturnya. (KT-Bisnis)
Masa Menuntaskan Divestasi
Newmont Tinggal 12 Hari
Penuntasan divestasi 7% saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) tinggal 12
hari lagi, itu merupakan kesempatan emas untuk Pemerintah agar segera
menuntaskannya. Di karenakan masa berlakunya perjanjian jual beli saham akan
berlaku hingga tanggal 25 Oktober 2012 nanti.
Menurut Analis Keuangan dan Pendiri Katadata Lin Che Wei, jika masa berlaku
SPA habis dan tidak ada perpanjangan lagi, peluang pemerintah untuk memperoleh
saham Newmont tertutup. Peluang tersebut akan jatuh ke tangan pemerintah daerah
yang menggandeng PT Multi Capital, anak usaha dari PT Bumi Resources Mineral
Tbk.
“Sementara sejak ada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mewajibkan
pemerintah meminta izin DPR untuk membeli saham Newmont, belum ada usaha
signifikan dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan,” ujarnya. (ID-9)
Produksi Freeport Merosot
30%
Dirperkirakan pada tahun ini produksi PT Freeport Indonesia menurun sekitar
30%, produksi emas Freeport hanya mencapai 70%-80% dari rata-rata produksi
normal tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Presiden Direktur Freeport Indonesia, Rozik Boediono Soetjipto,
selama ini rata-rata produksi tembaga Freeport mencapai 900.000 ton per tahun.
Berarti, proyeksi produksi Freeport di tahun ini berkisar antara 630.000 ton
hingga 720.000 ton.
“Sekarang ini kami sedang masuk di cadangan yang kadarnya rendah. Jadi,
kadar tembaga maupun emas realtif rendah dibanding yang biasa kami tambang
sebelumnya,” ujarnya.
Rozik menjelaskan, saat ini proses penambangan tengah memasuki wilayah
kerja yang relatif sulit. Rata-rata tingkat produktivitas bijih per hari
mencapai 200.000 ton. Namun, tahun ini pihaknya memproyeksikan produksi bijih
hanya mencapai 90% atau menjadi sebesar 180.000 ton per hari. (Kontan-13)
G-Resources PHK-kan 900
Karyawannya
Akibat adanya penolakan dari masyarakat setempat tentang rencana PT
Agincourt Resources membangun pipa pembuangan limbah sisa hasil pengolahan emas
ke Sungai Batangtoru, maka pihak dari G-Resources akhirnya merumahkan 900
karyawan dan kontraktor.
Menurut Presiden Direktur Agincourt Resources, Peter Albert, pihaknya
terpaksa merumahkan 900 karyawannya.
“Sementara ini, kami masih mampu menyediakan gaji pokok, namun kami sungguh
membutuhkan solusi nyata dalam beberapa hari ke depan agar kami bisa beroeprasi
kembali,” tuturnya.
Peter mengungkapkan, tanpa penuntasan pemasangan pipa, tambang emas Martabe
tidak dapat beroperasi. Penolakan pembangunan pipa tersebut oleh masyarakat
setempat, dikarenakan Sungai Batangtoru merupakan sumber air bagi masyarakat
sekitar. (Kontan-14)
MIGAS
Pemerintah Alokasikan 40% Gas
dari Train 3 untuk Domestik
Menteri ESDM, Jero Wacik mengatakan, pemerintah akan mengalokasikan sekitar
40% gas dari Train 3 proyek perluasan Tangguh di Teluk Bentuni, Papua Barat
untuk kepentingan domestik. Hal itu guna untuk memenuhi kebutuhan gas di dalam
negeri yang terus meningkat.
“Pembangunan Train 3 sedang disiapkan. BP mau mencantumkan dalam kontrak
baru bahwa 40 persen dari hasil gas untuk domestik,” katanya. (Kompas-17)
Brunei Mengincar Proyek Migas
di Indonesia
Saat ini negara Brunei Darussalam sedang mengincar proyek minyak dan gas
bumi (migas) di Indonesia.
Menurut Menteri ESDM, Jero Wacik, Brunei siap menginvestasikan dananya
dalam proyek migas.
“Tadi disampaikan jika Brunei ingin ikut terjun untuk investasi di
Indonesia. Tetangga paling dekat kita beri juga kesempatan,” tuturnya. (ID-9)
Pertagas Bangun Pipa Gas
Transjava 700 Km
Rencananya PT Pertamina Gas (Pertagas) akan segera merealisasikan
pembangunan jaringan pipa transmisi gas di Pulau Jawa (Transjava Pipeline) dari
Gresik (Jawa Timur) hingga Cirebon (Jawa Barat) sepanjang 700 kilometer.
Menurut Direktur Utama Pertagas, Gunung Sardjono Hadi, besarnya investasi
pembangunan pipa gas tersebut senilai lebih dari US$ 1 miliar.
“Transjava Pipeline sudah menjadi suatu keputusan pemerintah harus segera
dibangun. Pertagas mem-follow-up penugasan
itu dengan sesegera mungkin. Kita harapkan Tranjava bisa terselesaikan pada
kuartal kedua atau ketiga 2014 untuk ruas Gresik-Semarang (Gresem) sepanjang
270 kilometer,” ujarnya. (ID-9)
5 Perjanjian Jual Beli Gas
Ditandatangani
Sebanyak 5 perjanjian jual beli gas (PJBG) telah ditandatangani. Kontral
jual beli gas untuk memenuhi kebutuhan domestik, khususnya kelistrikan, yang
memberikan potensi bagi pendapatan negara pada periode kontrak US$ 192 juta.
Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP
Migas), R. Priyono, perjanjian jual beli gas itu untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
“Ini semua untuk kepentingan domestik,’ tuturnya.
Kontrak yang ditandatangani a.l. antara PT Pengembangan Investasi Riau dan
JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang. Rencananya pengaliran gas dimulai pada 1
November 2012 sebesar 7-16 miliar british thermal unit per hari (BBTuD) selama
7 tahun, dan diperkirakan pendapatan negara akan mencapai US$ 110 juta. (BI-7)
BP Siap Train 8 untuk
Kembangkan Kilang Tangguh Papua
Menteri ESDM, Jero Wacik, mengatakan, produksi gas Blok Tangguh di Papua
diperkirakan masih sangat cukup hingga 100 tahun ke depan. Dengan cadangan itu,
BP Indonesia sudah siap dengan kilang liquefied
natural gas (LNG) tangguh hingga train
8.
“BP Indonesia telah menyiapkan train tidak
hanya train 3, tapi sampai train 4,5 hingga train 8, karena cadangan gas yang ada di Tangguh masih cukup hingga
100 tahun lagi,” tuturnya.
Jero Wacik menegaskan, pihaknya akan memberi peluang bagi siapa pun untuk
mengeksplorasi gas di daratan Papua, sehingga hasil pendapatan dari gas
tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di wilayah Indonesia Timur. (ID-9)
Produksi Pertamina Bertambah
32.000 BPH
PT Pertamina (Persero) memperkirakan akan mendapat tambahan produksi minyak
sebesar 32.000 barel per hari (bph) menyusul rencana akuisisi lima blok, di
dalam dan di luar negeri, tahun ini.
Menurut Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan, perseroan bertekad
menggenjot produksi hingga mencapai 2,2 juta barel setara minyak per hari pada
2025. Peningkatan produksi dimaksudkan untuk menutup kebutuhan energi yang
terus meningkat. Salah satu cara menambah produksi adalah mengakuisisi lapangan
migas yang telah berproduksi di dalam dan luar negeri.
“Saat ini, Pertamina telah dan terus melakukan pembicaraan dengan para
mitra dalam rangka merealisasikan target-target yang diharapkan dapat terwujud
pada akhir tahun,” ujarnya. (ID-9)
38 Perusahaan Berebut Proyek
Tabung Gas
Sebanyak 38 perusahaan tabung baja memperebutkan proyek pengadaan 3,2 juta
tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram dari PT Pertamina, yang merupakan
kelanjutan program konversi bahan bakar minyak.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Tabung Baja (AITB), setelah lebih dari
2 tahun tidak memproduksi tabung elpiji ukuran 3 kg, produsen baja kembali
mendapatkan penawaran dari PT Pertamina.
“Yang 20% atau 800.000 tabung itu jatah BUMN, WIKA pemenangnya. Sedangkan
sisanya 3,2 juta tabung dilepas ke swasta,” katanya.
Tjiptadi mengungkapkan, 38 produsen tabung baja telah mendaftar menjadi
peserta lelang. Namun, Pertaina perlu melakukan verifikasi terlebih dahulu
untuk menyaring menjadi sekitar 10 peserta.
(BI-7)
ExxonMobil Terus Kembangkan Gas
di Blok B
ExxonMobil akhirnya kembali melihat potensi besar di Blok B dan North
Sumatera Offshore yang berada di Aceh. Untuk itu ExxonMobil membatalkan niatnya
untuk menjual kedua blok tersebut, dan akan kembali mengembangkan produksi di
kedua blok itu.
Menurut Juru Bicara ExxonMobil Indonesia, Jeffrey Haribowo, keputusan itu
karena Exxon melihat dari sisi potensi yang bisa dikembangkan dari kedua blok
itu ke depan.
“Jadi alasan ini pula yang membuat kami tidak jadi menjual,” ujarnya.
Jeffery menjelaskan, potensi gas di kedua blok tersebut terhitung masih
lumayan besar untuk besar untuk memasok kebutuhan gas di Tanah Air, Khususnya
pasokan gas ke PT pupuk iskandar Muda (PIM). Saat ini produksi di kedua blok
tersebut masing-masing sebesar 150 million
metric standard cubic feet per day (msmcfd). (Kontan-14)
Total Tandatangani Dua PSC Pada
Dua Blok Migas
Akhirnya Total E&P Indonesie menandatangani dua kontrak bagi hasil atau
production sharing contract (PSC)
pada dua wilayah kerja migas dengan pemerintah Indonesia yang diwakili Badan
Pelaksana kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas).
Kontrak bagi hasil pertama itu untuk melakukan eksplorasi di Blok Bengkulu
I-Mentawai. Di Blok tersbeut, Total, melalui anak perusahaannya Total E&P
Indonesia Mentawai B.V., memiliki 100% participating
interest.
Menurut Presiden Direktur & General Manager Total E&P Indonesia,
Elisabeth Proust, pihaknya bangga bisa mengelola blok Bengkulu I-Mentawai.
“Kami bangga Total mendapatkan blok eksplorasi ini dan menjadi pihak yang
pertama memasuki cebakan geologi lepas pantai Sumatra bagian barat,” ujarnya.
Elisabeth mengungkapkan, Total E&P akan mempunyai kompetensi yang kuat
untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di kawasan tersebut. (Kontan-14)
Perlu Kolaborasi Negara-negara
Pada Infrastruktur Gas Bumi
Diharapkan gas alam bisa memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan
energi yang terus meningkat di Asia Pasifik. Untuk itu, diperlukan kolaborasi
di antara negara-negara di kawasan itu untuk meningkatkan investasi di bidang
infrastruktur dan inovasi pengelolaan kebijakan.
Menurut Chairman Steering Committee Gas Information Exchange in Western
Pacific Area (Gasex) 2012, Hendi Prio Santoso, saat ini proyek gas dalam skala
besar sudah dilaksanakan.
“Beberapa proyek pipa gas besar telah selesai dan proyek gas alam cair
(LNG) dalam skala besar dilaksanakan, baik gas konvensional maunpun
nonkonvensional,” ujarnya.
Hendi mengungkapkan, perkembangan pertumbuhan gas dan bauran energi akan
berdampak positif terhadap keamanan energi, efek rumah kaca, serta polusi
udara. (Kompas-19)